Quantcast
Channel: Pondok Modern Darussalam Gontor
Viewing all 1462 articles
Browse latest View live

Kaji Said Nursi, Gontor Melangkah ke Turki

$
0
0
Kajian "Risalah Nur"

Kajian “Risalah Nur”

ISTANBUL–Program Studi Pengayaan Lapangan (SPL) yang biasanya berlangsung hanya di dalam negeri, kini melangkah jauh ke Istanbul, Turki. Ini merupakan salah satu bentuk terobosan baru Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor untuk menunjang kualitasnya. Tur studi bertajuk “International Short Course on Bediuzzaman Said Nursi” ini dilaksanakan mahasiswi Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor Kampus Mantingan, berbentuk kajian dan observasi lapangan. Program SPL dilaksanakan di negara peninggalan Khilafah Utsmaniyah tersebut untuk memperdalam kajian tentang “Risalah Nur” warisan ulama kenamaan Turki, Said Nursi, yang bergelar sang Bediuzzaman (‘keajaiban zaman’).

Risalah Nur” yang terkenal itu merupakan kumpulan pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim kebanggaan rakyat Turki tersebut. Karya fenomenalnya terbagi ke dalam empat bagian yang berisi hasil renungan sang Bediuzzaman, serta pengajaran nilai-nilai Islam yang menyentuh semua sisi kehidupan. Bagian pertama dinamakan The Words (Sozler), berisi tentang rekonstruksi nilai-nilai iman dan pemikiran Islam. Kedua, The Letters (The Maktubat) yang berupa kumpulan pemikiran-pemikiran Islam, iman, dan esensi kehidupan. Ketiga, The Flashes (Lem’alar) yang mengandung refleksi hikmah serta kebijaksanaan Al-Qur’an dan spiritualitas. Sedangkan bagian keempat dinamakan The Rays (Su’alar), berisi perjalanan intelektual, iman, keislaman, pemikiran, serta kehidupan.

Bediuzzaman Said Nursi mengemasnya dengan bahasa yang sederhana, namun sangat menyentuh kalbu orang yang membacanya. Karena bahasanya yang sederhana itu pula, “Risalah Nur” bisa membuat orang yang paling malas membaca pun akan menikmati saat-saat membacanya. Pada saat yang sama, isinya dapat menembus relung-relung kalbu dan mengokohkan iman di dada. Risalah ini juga menjelaskan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, justru keduanya saling mendukung satu sama lain.

Program SPL untuk mengkaji “Risalah Nur” ini diikuti 11 peserta. Mereka terdiri dari delapan mahasiswi semester 6 Fakultas Ushuluddin dan satu mahasiswi semeter 8 dari fakultas yang sama, ditambah satu mahasiswi semester 6 dari Fakultas Syariah, dan satu mahasiswi Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Arab. Kesebelas mahasiswi itu adalah Inayatul Maula, Dahniar Maharani, Fatatia Mahera, Farida Aryani, Najla Wildan, Siti Iffah Mahdiah, Dhita Ayomi, Ririn, Farida, Aisyah, dan Vina Qurrotu A’yun. Selama menjalani program ini, para mahasiswi tersebut didampingi seorang dosen pembimbing dari Fakultas Ushuluddin, Dr. H. M. Kholid Muslih, M.A.

Berkunjung ke Blue Mosque

Berkunjung ke Blue Mosque

Acara di Turki berlangsung selama 11 hari, tanggal 15–25 Januari 2015. Rombongan mulai berangkat dari Indonesia pada hari Selasa (13/1) lalu dan tiba di negara kawasan Eurasia itu hari Rabu (14/1). Sehari setelah tiba di sana, mereka langsung memulai kegiatan dengan mengikuti kajian “Risalah Nur” yang disampaikan oleh Ustadz Ihsan Qasim As-Shalihi. Ia adalah pemilik İstanbul İlim ve Kültür Vakfı atau Istanbul Foundation for Culture and Science, sebuah lembaga khusus mengkaji “Risalah Nur” Said Nursi, langsung di bawah bimbingannya.

Sebenarnya, Ustadz Ihsan Qasim As-Shalihi bukanlah orang Turki asli. Dia berasal dari Irak, namun sudah lama tinggal di daerah Byzantion, Istanbul, Turki. Beliau telah menerjemahkan “Risalah Nur” dari bahasa Turki ke bahasa Arab. Kemudian ia mendirikan lembaga pengkajian tersebut untuk orang-orang Turki di tempat tinggalnya itu. Selain masyarakat Turki, ia memiliki murid-murid yang sebagian tinggal berasrama di situ, mengadakan halaqah membahas kandungan “Risalah Nur” dengan rutin.

Rombongan mahasiswi peserta SPL juga tinggal di lembaga milik Ustadz Ihsan tersebut. Mereka disediakan waktu khusus untuk mengkaji “Risalah Nur” bersamanya. Ustadz Ihsan meluangkan waktunya mengajari mahasiswi-mahasiswi dari Gontor ini secara intensif selama 10 hari mereka berada di sana, dari pagi hingga sore. Sedangkan tiap malam, sehabis Isya’, mereka mengadakan diskusi bersama. Kecuali hari Sabtu (17/1) dan Ahad (18/1), Ustadz Ihsan memiliki kesibukan yang membuatnya tidak bisa menggelar kajian bersama mereka. Karena itu, ia mempersilakan tamu-tamunya untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Turki pada kedua hari tersebut.

Berkunjung ke Museum Panorama

Berkunjung ke Museum Panorama

Mendapat waktu luang, rombongan menggunakannya sebaik mungkin untuk mengenal Turki lebih jauh. Mereka berkunjung ke berbagai tempat terkenal di sana, dipandu dua orang warga Turki bernama Ihsan dan Laila. Namun, keduanya kesulitan berkomunikasi karena tidak menguasai bahasa Arab atau bahasa Inggris dengan baik. Maklum, kedua bahasa asing tersebut tidak begitu berkembang di negara Presiden Recep Tayyip Erdoğan ini. Untunglah, ada alumni Gontor dari Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Turki yang bisa membantu mereka. Sesuai rencana, tempat-tempat yang dikunjungi meliputi Masjid Sulaiman, Hagia Sophia, Blue Mosque atau Masjid Sultan Mahmet, Museum Panorama, Kota Bursa, Istana Topkapi, Universitas Istanbul, Masjid Fatih, Masjid Sehzade, Museum Arkeologi, Tour di Selat Bosporus, Islamic and Turkish Museum, Gulhane Park dan Nurosmaniye, Masjid Ayyub dan Pierre Loti.

Saat ini Turki sedang mengalami musim dingin. Suhu di sana sangat rendah, mencapai 4°C. Menurut salah seorang peserta SPL, salju tebal masih terlihat menutupi beberapa tempat. Mereka harus menggunakan jaket yang tebal, atau paling nyaman menggunakan jaket kulit. Selain itu, mereka juga harus menggunakan kaos kaki dan sarung tangan dari kulit. Walaupun demikian, semangat mereka untuk belajar sekaligus melihat-lihat peninggalan kejayaan Islam di Eropa tidak surut karena suhu 4°C itu.

Dekat Masjid Sulaiman

Dekat Masjid Sulaiman

Turki memang negara Islam yang mengagumkan. Setelah jatuhnya khilafah Islamiyah di bawah pemerintahan Turki Utsmani, lahirlah negara Turki sekuler yang membuat Islam di sana terpojokkan selama puluhan tahun. Tapi, sejak pemerintahan berada di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan, negara ini perlahan tapi pasti mulai menanggalkan sistem sekuler. Islam menggeliat bebas bagaikan bangun dari tidur nyenyaknya. Salah satu faktor kebangkitan Islam yang luar biasa di Turki adalah kuatnya pengaruh ajaran Said Nursi melalui “Risalah Nur“-nya itu. Inti ajaran Nursi adalah Al-Qur’an yang berhasil dijiwai oleh orang-orang Turki. Walaupun masih banyak penduduknya yang belum lancar membaca Al-Qur’an, tapi mereka memiliki semangat untuk memperdalam ajaran Islam, semangat keislaman yang ditanamkan Said Nursi selama ia masih hidup hingga wafatnya, dan terus berpengaruh hingga saat ini melalui salah satu karya tulisnya yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, “Risalah Nur“.*elk


Gontor dan Rapor

$
0
0

Saat-saat yang paling ditunggu santri setelah liburan pertengahan tahun adalah pembagian rapor. Setiap santri ingin segera mengetahui hasil ujiannya pada semester pertama. Lembaran kertas putih yang akan dibagikan wali kelas itu berisi hasil usaha dan kerja kerasnya setengah tahun yang lalu. Biasanya, rapor hasil ujian pertengahan tahun dibagikan seminggu setelah liburan, ketika santri-santri sudah berada di pondok.

Kehidupan Santri di Gontor

Kehidupan Santri di Gontor

Menjelang pembagian rapor, suasana hati mereka beraneka ragam. Ada yang tenang-tenang saja. Ada yang merasa was-was tak karuan. Ada juga yang bahagia karena yang dinantikan telah tiba.

Tapi, hari itu bukanlah hari untuk berputus asa bagi santri yang nilainya tidak sesuai harapan. Apalagi mereka tahu bahwa putus asa itu tidak disukai Allah, bahkan dilarang. Mereka masih memiliki akhir tahun. Semester kedua baru saja dimulai sebagaimana mereka mulai melangkah dengan semangat baru. Jadi, kesempatan itu masih ada dan selalu ada. Demikian pula dengan harapan.

Hari itu juga bukan hari untuk berbangga diri bagi santri yang nilainya memuaskan. Mereka tidak perlu berpesta untuk merayakannya. Cukuplah sujud syukur dan tetap rendah hati karena perjalanan masih panjang. Jika ada yang sampai terlena karena nilai bagusnya itu, maka bersiaplah untuk mendapat giliran menangis di bulan Syawwal nanti.

Tidak ada yang bisa menjamin santri yang nilai rapor pertengahan tahunnya di atas rata-rata akan naik kelas. Walaupun ia memiliki harapan besar dengan nilainya, tapi itu tetaplah bukan jaminan. Ia masih harus belajar karena kenaikan kelas tidak hanya ditentukan hasil ujian pertengahan tahun, tapi juga bergantung pada nilai ujian akhir tahun. Keduanya akan digabung dan dirata-ratakan untuk menentukan kenaikan kelasnya.

Karena itulah, setelah pembagian rapor pertengahan tahun, santri-santri diminta mengevaluasi diri. Mereka diberi waktu untuk merenung. Baik santri yang nilainya bagus maupun santri dengan nilai yang tidak memuaskan, sama-sama berintrospeksi. Sehingga, masing-masing memiliki rencana yang matang untuk belajar lebih baik lagi pada semester kedua.

Selain itu, Gontor membina santri-santrinya untuk saling membantu belajar dan mengingatkan satu sama lain. Santri yang cerdas dan bisa memahami pelajaran dengan baik mengajari temannya yang merasa kesulitan dalam memahami pelajaran. Demikian pula sebaliknya, santri yang merasa dirinya tidak mudah belajar dan seringkali menemukan kesukaran harus rajin bertanya kepada teman atau guru. Begitu indahnya kehidupan santri dengan saling membantu dan menasihati.

Selain melihat nilai akademis santri pada semester pertama dan kedua itu, Gontor juga sangat memperhatikan nilai akhlak dan mental santri. Kepribadian mereka selama setahun di pondok, baik di kelas maupun di asrama, juga mendapatkan penilaian. Wali kelas memiliki rapor khusus untuk menilai kepribadian anak didiknya. Rapor ini akan menjadi pertimbangan lainnya untuk menentukan kenaikan kelas seorang santri.

Berbeda dengan pertengahan tahun, pembagian rapor hasil ujian akhir tahun tidak begitu dinantikan santri. Yang paling mereka nantikan adalah sebuah surat yang dikirimkan pondok ke rumah saat liburan akhir tahun di bulan Ramadhan. Melalui surat itulah mereka sudah tahu hasil ujian akhir tahun sebelum pembagian rapor pada bulan Syawwal. Di dalamnya terdapat salinan rapor akhir tahun. Sementara rapor asli hanya dibagikan di pondok setelah liburan usai. Bersama salinan rapor itu, mereka juga menerima surat pemberitahuan kenaikan kelas dari Direktur KMI. Inilah surat yang sangat dinantikan setiap santri di rumah masing-masing selama bulan Ramadhan. Dengan datangnya surat itu, mereka bisa berbagi dengan orang tua di rumah, entah berbagi kesyukuran atau berbagi kesabaran. Yang pasti, mereka akan selalu bersyukur mendapat pendidikan yang begitu berharga selama di Gontor.

“Seindah-indah masa adalah masa di kala menuntut ilmu. Seindah-indah pengalaman adalah pengalaman menuntut ilmu. Bersyukurlah karena kalian mengalaminya di Gontor,” demikian kata kiai dan guru-guru di Pondok Modern Darussalam Gontor.*elk

Kiai Masruh Hadiri Pembukaan Pekan Olahraga Gontor Putri 3

$
0
0

KARANGBANYU – Bagian Olahraga Pusat Gontor Putri 3, Jum’at (16/1/2015) lalu mengadakan Upacara Pembukaan Pekan Olahraga Darussalam yang dihadiri oleh Anggota Badan Wakaf PMDG, K.H. Mohammad Masruh Ahmad, M.A., MBA. Bertindak sebagai Pembina upacara Wakil Pengasuh Gontor Putri 3, Ustadz H. Saepul Anwar, S.Ag. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai sarana untuk membentuk santriwati yang dinamis dengan terus bergerak.

Kegiatan ini diawali dengan perlombaan tarik tambang antar ustadzah, siswi kelas 5 dan 6, kelas 4 dan 3 intensif. Dan dilanjutkan dengan berbagai macam perlombaan lain antarrayon, gedung, konsulat dan angkatan selama lima hari kedepan.sekpeng_gp3

Aktivitas Bahasa di Gontor Putri 3 Kembali Digalakkan

$
0
0

KARANGBANYU – Guna mengaktifkan kembali seluruh aktivitas dengan berbahasa resmi, Jum’at (16/1/2015) lalu, Bagian Penggerak Bahasa Pusat yang dibimbing oleh Ustadz Muhammad Abdullah Bajuri, Lc. mengadakan Pembukaan Kegiatan Bahasa (Opening Language) di Auditorium Gontor Putri 3.

“Bagi seluruh santriwati mulai kelas 1-6 pada akhir tahun ini, agar menggunakan bahasa resmi Arab-Inggris karena Languge is our Crown,” ujar Ustadz Muhammad Bajuri, Lc. dalam sambutannya pada kesempatan tersebut.sekpeng_gp3

 

Silaturahim Tur Keluarga Besar PMDG Tahun ini Diadakan di Lembang, Bandung

$
0
0

LEMBANG – Guna mempererat tali silaturahim antarkeluarga, seperti halnya tahun sebelumnya, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor mengadakan Silaturahim Tur yang tahun ini dilaksanakan di Hotel Grand Lembang, Bandung, Senin (5/1/2015) hingga Selasa (6/1) lalu.

K.H. Syamsul Hadi Abdan, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi dan K.H. Hasan Abdullah Sahal dalam pertemuan dengan keluarga besar PMDG.

K.H. Syamsul Hadi Abdan, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi dan K.H. Hasan Abdullah Sahal dalam pertemuan dengan keluarga besar PMDG.

Acara yang diikuti oleh hampir seluruh guru senior Gontor Pusat dan cabang dalam Jawa tersebut diawali dengan silaturahim ke Pondok Pesantren Darussalam Tasikmalaya pada Senin pagi. Usai silaturahim, rombongan segera menuju ke Hotel Grand Lembang guna check in dan persiapan. Pada Senin sore, rombongan menyempatkan untuk berkunjung ke pemandian air panas Ciater.

Dari Ciater, rombongan kembali ke hotel guna mengikuti Pengarahan dari Pimpinan Pondok pada malam harinya. Dalam acara tersebut, K.H. Kafrawi Ridwan, Ketua Badan Wakaf PMDG turut hadir. Dalam sambutannya, beliau memberikan banyak nasihat serta beberapa pengalaman beliau terkait dengan perjalanan pondok hingga saat ini.

Adapun keesokan harinya, rombongan berwisata ke De Ranch, Lembang. Wisata yang menyajikan pesona pemandangan indah pegunungan tersebut dilanjutkan dengan wisata di Floating Market yang tak berjauhan dari hotel tempat rombongan menginap.

Ustadz Noor Syahid memimpin doa bersama di atas tanah yang rencananya akan dibangun pondok khusus putra di PP. Darussalam Tasikmalaya.

Ustadz Noor Syahid memimpin doa bersama di atas tanah yang rencananya akan dibangun pondok khusus putra di PP. Darussalam Tasikmalaya.

Pada Senin malam, rombongan berkumpul di hall hotel guna mengikuti acara Silaturahim dengan IKPM Bandung Raya dan IKPM Subang. Sebelum kembali ke pondok keesokan harinya, rombongan menyempatkan untuk berwisata ke Kampung Gajah dan berbelanja oleh-oleh di daerah Tasikmalaya. binhadjid

Dr. Hamid: Benarkah Barat Mengalami Kemajuan?

$
0
0

GONTOR – “Apakah negara barat benar-benar mengalami kemajuan? Jika memang demikian, bagian mana yang mengalami kemajuan?”

Kiranya dua pertanyaan tersebut yang disodorkan oleh Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A. kepada seluruh mahasiswa Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Kampus Rabithah, Sabtu (17/1). Sore itu, Dr. Hamid memberikan kuliah umum untuk membuka kegiatan perkuliahan di Kampus Rabithah.

Menurut salah satu putra K.H. Imam Zarkasyi itu, negara-negara Barat saat ini justru mengalami kemunduran peradaban. Gereja-gereja mereka mulai ditinggalkan oleh para jemaatnya, bahkan ada beberapa yang dijual kemudian dijadikan masjid. Pusat kegiatan masyarakat Barat justru berada di diskotik ataupun di stadion-stadion sepakbola.

Doktor Hamid benar-benar mengupas habis peradaban Barat di depan 400-an mahasiswa yang hadir di Aula Rabithah itu. Pembahasan tersebut diawali dengan isu-isu kontemporer termasuk penyerangan terhadap sebuah media di Prancis. Pimpinannya, Charlie Hebdo, tewas tertembak. Atas kejadian ini, hampir semua petinggi negara-negara Barat mengutuk penyerangan tersebut, dan menyudutkan Islam dalam setiap pernyataan mereka. Seperti halnya Yesus dalam agama Kristen yang berkali-kali dibuat dalam animasi, Charlie Hebdo dan kawan-kawannya beranggapan bahwa membuat kartun Nabi Muhammad Saw adalah sesuatu yang lumrah. Padahal hal tersebut sangat dikutuk oleh umat muslim di belahan dunia mana pun.

Pembicaraan berlanjut tentang asal muasal peradaban Barat. Menurut beliau, peradaban Barat merupakan campuran dari peradaban Yunani kuno yang dikawinkan dengan peradaban Romawi, kemudian disesuaikan dengan elemen kebudayaan bangsa Eropa, terutama Jerman, Inggris dan Prancis. Untuk filsafat dan seni, mereka berkiblat kepada Yunani. Sementara tentang hukum dan ketatanegaraan, mereka berkiblat pada Romawi.

“Umat Islam di Eropa kini berkembang pesat. Di Prancis, Inggris dan Belanda, imigran muslim hampir-hampir memenuhi setiap sudut kota. Masjid-masjid menjamur di berbagai tempat. Jamaah shalat semakin menyemut. Sedangkan gereja semakin ditinggalkan jemaatnya seiring berjalannya waktu,” tutur adik kedelapan dari Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. ini.

Doktor Hamid juga mengkritisi gerakan liberalisme yang terjadi di Indonesia. Ajaran Islam yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw memang berbeda dengan ajaran Barat. Beliau menuturkan, “Kita memang berbeda dengan mereka. Jadi, jika ada yang mulai menghalalkan perbuatan haram orang Barat di negeri muslim dengan mempermainkan dalil, maka itulah ciri-ciri orang liberal. Mereka sok toleran terhadap orang Barat.” binhadjid

Gontor dan Silaturahim

$
0
0

Silaturahim erat kaitannya dengan kekeluargaan, persaudaraan, dan persahabatan. Gontor membina ini sejak santri-santrinya mulai menghirup udara segar kampung nan damai, Darussalam. Karena itulah ukhuwah Islamiyah menjadi salah satu pilar Panca Jiwa pondok.

Saat menginjakkan kaki di Pondok Modern Darussalam Gontor, mereka akan merasakan kehangatan keluarga dan menemukan sahabat berbagi suka dan duka. Pondok laksana ibu kandung kedua yang telah menawar rasa rindu terhadap keluarga di rumah. Mereka diasuh dan dibesarkan dengan kasih sayang penuh ketulusan dan kesungguhan. Akhlak dan mental mereka dibina, jiwa spiritual pun diasah, bakat dan keterampilan digali dan dikembangkan pondok. Hingga akhirnya, mereka tumbuh menjadi pemuda harapan dan kebanggaan orang tua.

Mereka menemukan sosok orang tua pengganti ayah dan ibu dalam diri sang kiai dan guru-guru. Mereka diasuh dan dididik selama 24 jam sehari tanpa henti, dari bangun tidur hingga tidur kembali. Di Gontor, kiai dan guru-guru hidup bersama santri-santri di lingkungan pondok setiap hari, dan terlibat dalam segala aktivitasnya. Mereka menjadi keluarga besar yang tumbuh dalam kebersamaan dan semangat kekeluargaan.

Bahkan, tatkala santri-santrinya telah menjadi alumni dan berjuang di masyarakat, Gontor tetap mengawal mereka agar selalu berpijak di atas nilai-nilai pondok sesuai ajaran Islam. Keberadaan Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) di berbagai tempat merupakan salah satu contoh bentuk pengawalan Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap para alumni. Dengan ini, alumni senantiasa merasa dekat dengan almamater tercinta yang telah mengasah jiwa, hati, dan raga mereka dengan filsafat hidup ajaran Trimurti.

Karena itu pula, ikatan Gontor dengan para alumninya begitu kuat, walaupun sudah terpisah jauh oleh jarak dan waktu. Gontor selalu dirindukan kapan pun dan di mana pun juga oleh alumni-alumninya. Semakin lama berpisah dengan pondok, rasa rindu mereka semakin besar. Bahkan, seorang alumni yang baru saja meninggalkan pondok sudah merasa ingin kembali lagi. Ada perasaan berat berpisah meninggalkan tempat ia terlahir kembali itu, tempat ia menghabiskan masa remaja hingga beranjak dewasa.

Selain menjalin ikatan yang kuat dengan alumninya, Gontor juga membuat mereka saling berhubungan erat sebagai sesama alumni. Hubungan persahabatan ini telah terjalin dengan baik sejak mereka menjadi santri. Gontor membuat ribuan santrinya saling mengenal, bersahabat, hingga laksana saudara melalui beragam aktivitas pondok. Padahal, mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda, dengan karakter yang beraneka ragam. Tapi, mereka bisa hidup rukun, damai, dan bersahabat dalam satu kamar, satu asrama, satu kelas, atau satu angkatan.

Setelah menjadi alumni, persahabatan mereka semakin kuat dan saling bekerja sama menegakkan misi Gontor, mengislamkan dunia. Mereka seakan bersaudara, dengan Gontor sebagai ibu kandung yang mempersatukan mereka. Suasana keakraban para alumni akan semakin terlihat jelas saat mereka mengadakan acara reuni atau silaturahim keluarga besar Pondok Modern Darussalam, baik di dalam pondok maupun di tempat-tempat lain. Dengan cara inilah, Gontor akan mempersatukan umat.*elk

Gelar Silaturahim, Gontor Bekali Alumninya di Bandung

$
0
0

LEMBANG–Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) selalu berupaya membekali alumninya agar mampu berkecimpung di masyarakat dengan baik. Karena itu, di tengah-tengah kegiatan “Wisata dan Silaturahim Keluarga Besar PMDG” yang tahun ini diadakan di Kota Bandung, Ahad-Kamis (4-8/1/2015), panitia menggelar silaturahim dengan Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Subang. Acara yang bertempat di Aula Hotel Grand Lembang, Bandung, pada Selasa (6/1/2015) malam, ini disertai pelantikan pengurus baru IKPM Cabang Subang.

Ratusan alumni Gontor yang berdomisili di daerah Subang, Bandung, dan sekitarnya berduyun-duyun menuju lokasi sejak dua jam sebelum acara dimulai, mulai dari alumni muda, hingga alumni senior yang kini telah berkeluarga. Silaturahim ini juga dihadiri Drs. K.H. Kafrawi Ridwan, M.A., Ketua Badan Wakaf PMDG yang kini telah menginjak usianya ke-86. Bersama sang istri, beliau menyempatkan diri bergabung dengan rombongan dari PMDG dalam acara reuni kekeluargaan ini.

Suasana khidmat saat penyanyian lagu Indonesia Raya.

Menyanyikan “Indonesia Raya” dan “Hymne Oh Pondokku

Senandung lagu “Indonesia Raya” terdengar mengawali acara ini, kemudian “Hymne Oh Pondokku“, dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustad H. Nurul Tsalis Al-Amin, M.Pd.I., salah satu guru senior PMDG. Acara dilanjutkan dengan laporan umum kepengurusan IKPM Cabang Subang periode sebelumnya, kemudian pelantikan pengurus baru yang disaksikan Pimpinan PMDG.

Sejenak suasana menjadi hening tatkala Pimpinan Pondok, K.H. Hasan Abdullah Sahal, memulai sambutan. “Hand phone, kamera, dan alat elektronik lainnya harap dinonaktifkan selama acara berlangsung,” tegas beliau sambil memandang tajam ke seluruh sudut aula.

Namun, dalam sekejap suasana malam itu dipenuhi tepuk tangan dan sorak-sorai ketika beliau berkata, “Fahimtum? Idza lam tafham, sal ila wali fasl!” ‘Apakah kalian paham? Jika tidak paham, tanyakan kepada wali kelas.’ Lucu dan menggelitik, karena kalimat ini mengingatkan orang-orang yang hadir di sana suasana penuh kenangan di Gontor dahulu kala. Subhanallah!

Dalam pidatonya, putra K.H. Ahmad Sahal itu menyampaikan pentingnya menjaga disiplin serta sunah-sunah PMDG. Beliau juga menegaskan status, posisi, dan orientasi PMDG agar diketahui, dimengerti, dan dipahami semua orang, tidak hanya untuk orang-orang yang tinggal di dalam pondok saja.

Sambutan yang disampaikan K.H. Hasan Abdullah Sahal tersebut dilengkapi pidato singkat Drs. K.H. Kafrawi Ridwan, M.A. Beliau adalah alumni paling senior yang bisa dikatakan saksi hidup perjalanan Gontor dari zaman Trimurti hingga saat ini. Walaupun singkat, sambutan beliau begitu bermakna karena mengingatkan kembali sejarah perjuangan Gontor yang tak boleh dilupakan. Sehingga, alumni Gontor saat ini tetap berjalan di atas rel yang diwariskan para pendiri Gontor.

Seusai acara, para alumni yang hadir saling melepas rindu dengan guru-guru mereka selama di Gontor. Mereka juga saling bertegur sapa dengan kawan lama masing-masing. Silaturahim yang sangat berkesan ini memperkuat tali kekeluargaan dan persahabatan di antara para alumni. shaz


Kiai Hasan Beri Orasi Ilmiah pada Wisuda Unindra

$
0
0
Kyai Hasan Beri Orasi Ilmiah di UNINDRA

Perbincangan K.H. Hasan Abdullah Sahal dengan Rektor Unindra PGRI menjelang acara wisuda

JAKARTA–Sesuai permintaan resmi dari pihak Rektorat Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI pada pertengahan tahun 2014 lalu, K.H. Hasan Abdullah Sahal memberikan orasi ilmiah pada acara “Wisuda ke-44 Universitas Indraprasta PGRI”, Sabtu (17/1). Untuk orasinya, Kiai Hasan mengambil topik “Teka-Teki Abadi Akademisi Memakmurkan Bumi”.

Saat menyampaikan orasi, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor yang pernah menimba ilmu di Universitas Islam Madinah ini menegaskan, “Bersyukur… apa yang harus disyukuri, kapan, di mana, dan bagaimana proses nikmat itu datang kepada kita, sehingga kita harus bersyukur. Andaikata, di sini terjadi huru-hara, atau misalnya Pak Rektor ayanen, dan lain sebagainya, apa bisa kalian melaksanakan wisuda hari ini? Sekali lagi, bersyukur.”

Para peserta wisuda dan tamu undangan bertepuk tangan meriah mendengar kata-kata K.H. Hasan Abdullah Sahal yang lantang dan diselingi sedikit humor itu. Mereka sangat terkesan menyimak orasi sang kiai yang begitu bernilai dan penuh makna itu.

Mengiringi orasi ilmiah dari putra keenam K.H. Ahmad Sahal itu, Rektor Unindra, Prof. Dr. H. Sumaryoto, juga berkesempatan menyampaikan sambutannya, disusul Prof. Dr. Ilza Mayuni, M.A. dari Kopertis Wilayah III Jakarta, yang juga memperoleh kesempatan untuk memberikan sambutan.

Kali ini, Unindra berhasil mewisuda mewisuda 1.850 orang wisudawan/i. Karena jumlahnya yang sangat banyak, acara wisuda ini diadakan dalam dua waktu, pagi dan siang hari. Acara berlangsung di Auditorium Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Selepas acara, K.H. Hasan Abdullah Sahal meluangkan waktu berkunjung ke Kantor Majalah Gontor di Gandaria, Jakarta Barat. Bersama segenap Dewan Redaksi Majalah Gontor, beliau mengadakan rapat mengenai program-program Majalah Gontor ke depan. elfah

Gontor dan Bahasa

$
0
0

Gontor dan BahasaBahasa adalah mahkota pondok, demikian kata-kata yang sering disampaikan penggerak bahasa di Gontor. Dalam istilah lain, language is our crown atau al-lughatu taaju-l-ma’hadi. Ibarat mahkota, bahasa menjadi simbol kehormatan dan kebanggaan Pondok Modern Darussalam Gontor. Maklum, Gontor memang dikenal sebagai pondok yang mengembangkan bahasa Arab dan bahasa Inggris secara konsisten. Sehingga, Gontor sering mendapat julukan laboratorium hidup untuk kedua bahasa asing tersebut.

Penerapan bahasa Arab dan Inggris di pondok ini tidak terlepas dari sejarah lahirnya Gontor. Saat itu Trimurti bercita-cita mencetak generasi yang tidak hanya pandai di bidang agama, tapi juga pandai di bidang keilmuan lainnya. Mereka bertiga menyadari kelemahan umat Islam pada waktu itu. Saat Indonesia diundang menghadiri Muktamar Islam Sedunia yang akan diselenggarakan di Makkah pada tahun 1926, tidak ada satu pun tokoh Islam negeri ini yang menguasai dua bahasa asing sekaligus dengan sama baiknya. Padahal, syarat keikutsertaan dalam agenda besar tersebut minimal pandai berbahasa Arab dan Inggris. Akhirnya, terpilihlah K.H. Mas Mansur yang pandai berbahasa Arab bersama H.O.S. Cokroaminoto yang menguasai bahasa Inggris untuk mewakili umat Islam Indonesia.

Dari sinilah, Trimurti bertekad membuat lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan tokoh-tokoh dengan kedua kriteria itu. Bahasa Arab sebagai kunci untuk menguasai ilmu-ilmu keislaman dan bahasa Inggris menjadi sarana untuk memahami ilmu-ilmu umum atau sains. Dengan penguasaan kedua bahasa ini, Trimurti berharap alumni Gontor tidak hanya menjadi ulama yang tahu ilmu agama, tapi juga menguasai sains dan ilmu-ilmu lainnya. Dalam istilah lain, Gontor mampu mencetak ulama yang intelek bukan intelek yang tahu agama.

Sejak berdirinya, Gontor sudah mengajarkan kedua bahasa asing tersebut. Secara bertahap, bahasa Arab dan Inggris berkembang. Untuk menunjang perkembangannya, pengajaran di kelas menggunakan bahasa Arab dan Inggris, sesuai pelajarannya. Buku-buku materi berbahasa Arab tidak boleh diterjemahkan ke bahasa Indonesia, demikian pula buku-buku pelajaran bahasa Inggris. Kedua jenis pelajaran ini harus disampaikan menggunakan bahasa aslinya. Inilah yang disebut Gontor dengan thariqah mubasyirah.

Metode ini diterapkan sepenuhnya mulai kelas 2 KMI. Di kelas satu, beberapa pelajaran keislaman masih menggunakan bahasa Indonesia. Tapi, khusus untuk pelajaran bahasa Arab yang menggunakan buku “Durusu al-Lughah al-‘Arabiyah” karya K.H. Imam Zarkasyi dan H. Imam Syubani wajib disampaikan dengan bahasa Arab. Pelajaran bahasa Inggris juga demikian.

Di asrama, santri-santri harus menggunakan bahasa Arab atau Inggris dalam setiap percakapannya. Demikian pula dalam pergaulan mereka dengan santri-santri lain di luar asrama. Ada istilah minggu bahasa Arab dan minggu bahasa Inggris di Gontor, atau diistilahkan juga dalam bahasa Inggris dengan Arabic fortnight and English fortnight. Sedangkan dalam bahasa Arab diberi istilah al-usbu’ al-‘Araby wa al-usbu’ al-Injilizy.

Maksudnya, untuk penerapan kedua bahasa asing tersebut dalam percakapan santri-santri, Gontor menjadwalkannya secara teratur dalam dua mingguan, dua minggu khusus untuk bahasa Arab, dan kemudian berganti bahasa Inggris untuk dua minggu selanjutnya. Biasanya, pergantian bahasa itu berlangsung di hari Jum’at, tepat setelah Maghrib, saat pengumuman harian terkait kegiatan pondok atau santri dibacakan Bagian Penerangan Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM). Jika pengumuman itu berbahasa Arab, berarti mulai saat itu hingga dua minggu ke depan santri-santri wajib berbahasa Arab. Sebaliknya, jika pengumumannya berbahasa Inggris, berarti mereka telah memasuki minggu bahasa Inggris.

Peraturan ini berjalan dengan disiplin tinggi. Di asrama, santri-santri diawasi para pengurus dari kelas 5. Sedangkan kelas 6 selaku pengurus OPPM, khususnya Bagian Penggerak Bahasa Pusat atau lebih dikenal dengan istilah The Centre for Language Improvement (CLI) dalam bahasa Inggris dan Qismu Ihyȃi al-Lughah al-Markazy dalam istilah Arab-nya, mengawasi jalannya disiplin bahasa di asrama-asrama dan di kawasan pondok secara menyeluruh.

Mereka bertanggung jawab kepada Bagian Pembimbing Bahasa atau Qismu Haiati Isyrȃfi al-Lughah yang dipegang guru-guru pembimbing bahasa. Bagian Pembimbing Bahasa yang dikenal juga dengan istilah Language Advisory Council (LAC) ini mengawasi dan membimbing langsung jalannya disiplin bahasa kelas 6 secara khusus. Seluruh santri tidak diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari mereka, apalagi bahasa daerah, termasuk santri-santri dari kelas 6.

Khusus santri baru, mereka diberi waktu tiga bulan masa percobaan untuk membiasakan diri berbahasa resmi pondok, sebelum benar-benar diwajibkan. Dalam tiga bulan pertama, santri baru masih ditoleransi menggunakan sedikit bahasa Indonesia dalam percakapannya sambil perlahan mempraktikkan bahasa Arab. Biasanya, secara bertahap dalam jangka waktu itu santri baru akan mampu bercakap-cakap ringan dengan bahasa Arab yang sering didengar dan dicontohkan guru di kelas atau kakak kelas 5 di asrama. Tiga bulan selanjutnya, ia sudah harus berhati-hati agar tidak sampai berbicara bahasa Indonesia sepatah kata pun juga. Disiplin bahasa sudah sepenuhnya harus dipatuhi memasuki bulan keempat mereka menjadi santri Gontor.

Pada enam bulan pertama itu, santri baru hanya mempraktikkan percakapan berbahasa Arab. Mereka belum terikat peraturan dua minggu bahasa Inggris. Selama setengah tahun, mereka dibiasakan berbahasa Arab dulu di asrama dan dalam pergaulan sesama santri baru. Barulah pada semester kedua, santri-santri baru mulai mengikuti peraturan berbahasa dwi-mingguan, bahasa Arab dan Inggris secara bergantian.

Setiap pagi, tepat setelah shalat Subuh dan membaca Al-Qur’an, bahasa santri akan diperkaya dengan kosakata baru. Pada waktu itu, setiap asrama diramaikan dengan suara-suara lantang para santri yang menirukan pengurus asrama melafalkan kosakata baru untuk mereka. Kosakata yang diberikan per hari itu seragam berasal dari Bagian Penggerak Bahasa Pusat. Tiap hari santri menerima tiga kosakata baru sesuai tingkatan kelas masing-masing. Santri dari kelas 1 tidak mendapatkan kosakata yang sama dengan santri dari kelas 2. Kosakata untuk kelas 3 juga berbeda dengan kosakata yang diberikan ke kelas 4. Hal yang sama juga berlaku untuk tingkatan kelas lainnya. Pemberian kosakata baru ini disesuaikan dengan minggu bahasanya. Jika hari itu termasuk ke dalam minggu bahasa Arab, maka kosakata yang diberikan kosakata bahasa Arab. Demikian pula sebaliknya.

Agar kosakata-kosakata tersebut melekat kuat dalam ingatan santri-santri, maka mereka diwajibkan menggunakan setiap kosakata untuk membuat tiga kalimat berbeda. Sehingga, minimal mereka mampu membuat sembilan kalimat dari ketiga kosakata baru. Kalimat-kalimat yang tertulis di buku khusus itu diserahkan kepada pengurus asrama dan dikoreksi setiap hari. Inilah yang menunjang perkembangan kemampuan mengarang santri menggunakan bahasa Arab atau Inggris, biasa disebut dengan istilah insya’ atau composition. Selain ditulis, kosakata baru tersebut juga dihapal santri-santri untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Gontor juga menyelenggarakan berbagai macam kompetisi berbasis bahasa sebagai bagian dari program peningkatan bahasa Arab dan Inggris. Lomba drama berbahasa Arab dan Inggris antarasrama adalah salah satu contohnya. Drama bahasa Arab diadakan di awal tahun, sedangkan yang berbahasa Inggris dilaksanakan pada akhir tahun. Ada juga lomba pidato tiga bahasa: Indonesia, Arab, dan Inggris. Lomba ini bisa diikuti seluruh santri dari kelas 1 hingga kelas 5. Kelas 6 sudah bertindak sebagai panitia penyelenggara dan tidak terlibat lagi sebagai peserta. Setelah mengurus OPPM, mereka sudah harus fokus menghadapi ujian akhir.

Demikianlah pentingnya bahasa di Gontor, laksana mahkota bagi seorang raja. Ia akan menjadi kunci utama untuk memperdalam ilmu pengetahuan, baik selama di pondok ini maupun setelah berada di tempat lain. Selain itu, ada pepatah mengatakan bahwa orang yang mengetahui bahasa suatu kaum atau masyarakat suatu bangsa akan selamat dari tipu daya mereka. Man ‘arafa lughata qaumin, salima min makrihim.*elk

 

Gontor Tampilkan Kreasi Santri dalam Sebuah Pameran

$
0
0
Stan Pameran Klub Olahraga

Stan Pameran Klub Olahraga

GONTOR–Hari ini, Jum’at (23/1), Pondok Modern Darussalam Gontor menggelar pameran seni dan keterampilan, serta olahraga. Acara yang dilaksanakan Bagian Kesenian dan Olahraga Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) ini dikenal dengan istilah “Art, Handicraft, and Sport Show”. Peserta pameran terdiri dari berbagai kursus seni dan keterampilan serta klub-klub olahraga yang ada di Gontor.

Pameran berlokasi di dua tempat. Untuk bidang seni dan keterampilan, pameran berlangsung di dalam aula pondok atau Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Sedangkan pameran klub-klub olahraga santri mengambil tempat di depan BPPM, tepatnya di halaman Gedung Aligarh, salah satu asrama santri baru yang berlantai dua. Halamannya memang luas, bahkan dijadikan lapangan futsal, bola voli, dan sepak takraw.

Di sela-sela pameran, para pengunjung yang melihat-lihat hasil kreativitas santri di dalam aula disuguhi pertunjukan seni dan keterampilan. Salah satunya adalah penampilan musikal dari kursus seni musik dan pertunjukan teatrikal dari kursus seni teater. Selain itu, ada juga lomba kaligrafi yang boleh diikuti siapa saja, namun terbatas. Lomba ini diadakan kursus seni kaligrafi di tengah-tengah aula tempat pameran.

Tempat pameran itu sungguh ramai dipadati pengunjung. Dari pagi hingga sore, santri-santri berdatangan menyaksikan hasil karya teman-teman mereka, atau bisa juga melihat-lihat karya mereka sendiri. Ada juga yang sengaja datang untuk mendaftarkan diri menjadi peserta kursus seni dan keterampilan, atau menjadi anggota salah satu klub olahraga. Memang, selain memperkenalkan kursus-kursus bidang kesenian dan keterampilan serta klub-klub olahraga, pameran ini juga menyelenggarakan pendaftaran bagi santri yang berminat mengikuti kursus seni, kursus keterampilan, atau klub olahraga.

Sesuai bakat dan minatnya, santri bisa mengikuti apa saja. Ia boleh mengikuti kursus seni kaligrafi sekaligus menjadi anggota klub olahraga cabang tenis meja. Ia bisa menjadi peserta kursus seni musik sekaligus terdaftar sebagai peserta kursus keterampilan membuat janur mahakam atau keterampilan membuat akuarium. Bahkan, seorang santri boleh saja mengikuti semua jenis kursus itu asalkan ia pandai mengatur waktu. Gontor selalu membuka peluang bagi mereka untuk menggali potensi dan berkreasi.*elk

Gontor dan Kreativitas

$
0
0
Penampilan Pentas Seni "Drama Arena"

Penampilan Pentas Seni “Drama Arena”

Rasa heran dan kagum akan menyelimuti orang yang pertama kali menyaksikan pentas seni santri pada puncak acara pekan perkenalan pondok. Tidak terkecuali santri-santri baru. Mereka juga akan terpukau melihat pertunjukan seni kolaboratif kakak kelas mereka, yang dikenal dengan istilah “Drama Arena” atau “Panggung Gembira” itu.

Tentu saja mereka bertanya-tanya sekaligus takjub dengan kemampuan santri menampilkan hasil kreativitas berkelas di atas panggung megah dan meriah. Orang-orang yang baru pertama kali melihat pagelaran seni ini seakan tidak percaya kalau santri-santri bisa menampilkan kreasi memukau dengan cita rasa seni yang tinggi, bahkan mengusung misi Islami. Jika mereka tahu prosesnya, maka keheranan itu tidak akan menghampiri. Hanya kekaguman dan kesyukuran di hati melihat generasi muda yang kreatif terlahir dari dunia pesantren.

Melalui pentas seni terbesar di awal tahun itu, Gontor memperlihatkan kepada dunia bakat dan potensi santri. Mereka tidak hanya pandai mengaji dan rajin ke masjid. Mereka juga tidak hanya pandai berpidato atau ceramah di depan jamaah. Akan tetapi, mereka adalah generasi muda kreatif yang memiliki segala potensi dan keterampilan. Sehingga, bisa berdakwah di jalan masing-masing sesuai keahlian dan keterampilan yang dimiliki.

Gontor telah mempersiapkan mereka sejak dini dengan menggali potensi dan bakat masing-masing. Tidak bisa dipungkiri, setiap santri memiliki minat dan bakat yang beragam. Jika tersalurkan dan dikelola dengan baik, maka lahirlah manusia-manusia kreatif dan inovatif. Beberapa santri telah menyadari minat dan bakatnya sejak awal masuk pondok, tapi tidak sedikit yang bakatnya masih terpendam, minatnya pun masih belum jelas. Di sinilah Gontor berperan mengembangkan bakat dan minat santri-santrinya, sekaligus menggali potensi terpendam yang tak pernah disadari oleh mereka.

Gontor dan Kreativitas 3Untuk itu, Gontor berupaya menyediakan segala sarana yang menunjang kreativitas santri-santri. Mereka yang memiliki minat di bidang seni kaligrafi bisa mengikuti kursus bersama Asosiasi Kaligrafer Darussalam (Aklam). Berbagai hiasan kaligrafi yang bisa dilihat di berbagai tempat di Gontor merupakan kreasi anak-anak Aklam. Sebenarnya, seni kaligrafi yang dibina Aklam adalah pengembangan dari pelajaran khat di kelas. Sedangkan santri yang suka menggambar dan melukis atau membuat ornamen-ornamen indah dan berbagai kerajinan tangan bisa bergabung dengan Lintas Imajinasi Santri (Limit) atau Gabungan Santri Terampil Darussalam (Gastrada). Biasanya, hasil kesenian dan keterampilan mereka tersimpan rapi di dalam ruangan khusus yang disebut Art Gallery.

Sementara untuk menggali potensi santri di bidang musik, Gontor membentuk Darussalam Musicians (DAMS) Family dan Seni Hadrah Darussalam (Senhada). Melalui kedua kursus seni musik ini, santri-santri dapat mengembangkan bakat mereka dalam olah vokal atau memainkan berbagai alat musik. Lebih dari itu, mereka mampu membuat lagu sendiri hingga terbentuk album. Gontor juga memiliki grup nasyid yang dikenal dengan “Ansyada”. Grup nasyid ini telah meluncurkan beberapa album yang dikenal luas oleh masyarakat.

Penampilan MBGND

Penampilan MBGND

Selain grup nasyid, Gontor juga membentuk grup marching band yang dinamakan MBGND atau Marching Band Gema Nada Darussalam. Selama perjalanannya, MBGND berhasil membangun reputasi dan telah memiliki prestasi yang membanggakan. Di antaranya, Marching band milik Gontor ini pernah menjuarai Hamengku Buwono (HB) Cup pada tahun 1999 dan 2001. Pada tahun 2003, saat kembali mengikuti HB Cup di lapangan Mandala Krida Yogyakarta, MBGND meraih Juara I Lomba Parade, Juara I Colour Guard, dan Juara II Divisi A. Kemudian MBGND berhasil meraih Juara II kategori Colour Guard di Senayan saat mengikuti Grand Prix Marching Band (GPMB) 2005. Lebih dari itu, MBGND pernah mendapat undangan dari Presiden RI untuk tampil dalam Parade Senja di Istana Merdeka pada tahun 2002.

Ada juga seni bela diri yang dikembangkan Persatuan Bela Diri Darussalam (Perbeda). Jenis bela diri yang diajarkan di Gontor menyerupai pencak silat, sesuai dengan budaya asli Indonesia.

Kejuaraan Perbeda di Gontor

Kejuaraan Perbeda di Gontor

Akan tetapi, gerakannya lebih variatif. Santri-santri terlihat gagah dengan baju resmi Perbeda berwarna merah itu. Mereka berlatih setiap sore untuk menguasai berbagai jurus dan variasi gerakan.

Untuk seni teater, santri-santri bisa mengikuti kursus yang diadakan Association of Reanimation Moslem Artist Darussalam (ARMADA). Di sini mereka bisa mengasah bakat di bidang seni peran. Ada latihan menjadi lakon dalam sebuah drama, seperti drama komedi dan pantomim. Selain itu, di Armada juga diajarkan membuat puisi sekaligus membaca atau mendeklamasikannya. Melalui kursus ini, santri bisa berekspresi semaksimal mungkin, tapi tetap dengan nafas keislaman.

Masih banyak ragam kreativitas santri dalam berbagai bidang seni dan keterampilan di Gontor. Jadi, bisa dikatakan, apapun bakat dan minat santri dapat tersalurkan dan terasah dengan baik di Gontor. Dengan syarat, mereka bersungguh-sungguh dan terlibat aktif mengikuti setiap program pondok.

Dalam menggali dan mengasah bakat santri, Gontor memberi keleluasaan untuk mengeksplorasi potensi yang dimiliki. Seorang santri boleh saja mencoba satu per satu kursus yang ada di Gontor, hingga menemukan keahliannya yang belum tergali. Selain itu, santri-santri juga bisa berinovasi mengembangkan kreativitas mereka. Apalagi, jika ada di antara mereka yang telah memiliki kreativitas mumpuni sebelum masuk Gontor, maka ia akan mengajari santri-santri yang lain, membuat kesenian dan keterampilan di Gontor makin berkembang.

Gontor dan Kreativitas 4Terbinanya kreativitas santri di Gontor dengan inovasi tiada hentinya membuat pondok ini seperti lahan berkreasi. Muncullah santri yang pandai di berbagai bidang seni dan keterampilan. Jangan heran lagi jika terdapat santri Gontor yang mampu menghasilkan kaligrafi indah seperti terukir di bangunan-bangunan megah Timur Tengah. Jangan pula kaget jika menemukan santri Gontor yang bisa membuat lukisan sekelas Pablo Picasso. Atau, bisa jadi Anda akan menemukan seorang musikus dari Gontor yang setara dengan musisi legendaris Johann Sebastian Bach, atau setidaknya sekelas Iwan Fals dan Rhoma Irama.

Namun, yang paling penting, melalui berbagai kreasi itu santri bisa berdakwah menyebarkan Islam. Memasukkan nilai-nilai Islam di dalam berkreasi akan memudahkan proses Islamisasi karena seni bisa menyentuh berbagai lapisan masyarakat, dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Di Gontor, seni bukan untuk seni, tapi seni untuk Islamisasi.*elk

 

KML Siapkan Pembina Pramuka Mumpuni di Gontor Putri

$
0
0
Suasana Pelaksanaan KML di Gontor Putri 1

Suasana KML di Gontor Putri 1

SAMBIREJO–Diikuti sekitar 500 peserta, Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 melaksanakan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan (KML). Acara yang berlangsung selama seminggu itu dimulai pada hari Ahad (18/1) hingga Sabtu (24/1) kemarin, berlokasi di bumi perkemahan kampus Gontor Putri 1. Sebagian besar peserta terdiri dari santriwati yang duduk di kelas 6 Kulliyatu-l-Mu’allimat Al-Islamiyah (KMI).

Kursus Pembina Pramuka ini diperuntukkan bagi mereka yang akan membina peserta didik secara langsung, yaitu para Pembina Pramuka dan Pembantu Pembina Pramuka. Namun, untuk pengkaderan, Pramuka Penegak dan Pandega pun bisa mengikuti kursus pembina, terutama Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD). Di Gontor, kelas 5 dan kelas 6 sudah bertindak sebagai Pembantu Pembina dan Pembina Pramuka. Biasanya, kelas 5 diwajibkan mengikuti KMD, sedangkan KML hanya diikuti kelas 6 yang berminat saja, dengan syarat memiliki sertifikat atau ijazah KMD.

Kedua tingkat kursus pembina tersebut merupakan satu kesatuan utuh, meskipun pelaksanaannya bertahap. Ada kegiatan yang disebut masa pengembangan di antara pelaksanaan keduanya, yaitu kesempatan bagi peserta untuk mencoba melaksanakan apa yang diterimanya selama mengikuti KMD. Minimal, masa ini dijalani selama enam bulan sebelum mengikuti KML.

Tujuan utama kedua kursus itu adalah mengarahkan para Pembina Pramuka agar dapat membina peserta didik sesuai dengan hakikat Gerakan Pramuka disertai penggunaan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Sedangkan tujuan KML secara khusus adalah untuk memberi bekal pengetahuan lanjutan dan pengalaman praktis membina Pramuka melalui kepramukaan dalam satuan Pramuka, meliputi perindukan siaga, pasukan penggalang, ambalan penegak dan racana pandega. Selain itu, KML juga bertujuan agar para Pembina Pramuka mampu menerapkan nilai-nilai kepramukaan secara efektif dalam membina Pramuka sesuai dengan golongannya. Setelah mengikuti KML, mereka juga diharapkan dapat menjelaskan secara luas dan mendalam prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, kode kehormatan pramuka, kiasan dasar kepramukaan, dan motto kepramukaan.

Materi KML sendiri disajikan dengan pendekatan andragogi. Maksudnya, pelaksanaan KML berfokus pada pembelajaran diri interaktif progresif, dengan melibatkan peserta secara langsung dalam proses pembelajaran. Lebih jelasnya, metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut meliputi dinamika kelompok, diskusi kelompok, curah gagasan, metaplan (kegiatan diskusi untuk menggali ide atau pendapat masyarakat tentang suatu masalah secara individu, dan membangun komitmen pendapat atas hasil individu sebagai keputusan kelompok secara bertahap), studi kasus, kerja kelompok, demonstrasi, bermain peran, dan melakukan berbagai kegiatan praktik (kesiagaan, kepenggalangan, kepenegakan, kepandegaan, scouting skill, dan permainan).

Kepramukaan memang pendidikan nonformal yang sistematis dan lengkap. Keempat “soko guru” pendidikan terdapat di dalamnya, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together) dan belajar menjadi seseorang (learning to be). Karena itulah, kepramukaan menjadi bagian tak terpisahkan dari totalitas pendidikan pondok dengan dilengkapi nilai-nilai keislaman. Sesuai mottonya di Gontor, we are scout but we are Moslem.*elk

Wujudkan Tridharma Perguruan Tinggi, Mahasiswa UNIDA Adakan SPL ke Surabaya dan Malang.

$
0
0
IMG_5648

Para mahasiswa berpose bersama setelah kunjungan ke salah satu obyek yang dituju.

SURABAYA, MALANG–Mahasiswa adalah sosok yang akan menjadi agen perubahan bagi lingkungannya kelak. Dengan segala potensi yang ia punyai, wajib baginya untuk mewujudkan perubahan di hari yang akan datang. Tentunya perubahan tersebut ke arah yang lebih baik. Sebagai wujud dari pengaplikasian Tridharma Perguruan Tinggi, yang salah satunya adalah penelitian dan pengabdian masyarakat, maka mahasiswa Ushuluddin Kampus Siman dan Rabithah dari program studi Ilmu Aqidah, Ilmu Perbandingan Agama, dan Ilmu Alqur’an dan Tafsir mengadakan Studi Pengayaan Lapangan (SPL) ke Surabaya dan Malang pada hari Ahad–Rabu (18–21/1) kemarin.. Kegiatan ini bertemakan “Membuka Cakrawala Fenomena Keagamaan dan Tantangan Pemikiran Serta Studi Tafsir Indonesia”.

SPL yang dilaksanakan selama empat hari ini bertujuan untuk meneliti fenomena agama-agama yang ada di Indonesia, melakukan dialog dengan praktisi agama lain, memahami ritual-ritual ibadah agama lain, membaca fenomena pemikiran Islam di Indonesia, dan sebagai bagian dari aktivitas akademik institute. Kegiatan ini diawali dengan pembekalan intensif bagi seluruh peserta baik putra maupun putri pada hari Jum’at (16/1), sebagai gambaran tentang tujuan diadakannya acara ini. Jumlah peserta yang mengikuti acara ini adalah 44 mahasiswa ditambah 2 orang pembimbing,  beliau adalah Al-Ustadz Drs. H. Rif’at Husnul Ma’afi, M.A. dan Al-Ustadz Harda Armayanto, M.A.

Objek yang menjadi tempat kunjungan para mahasiswa saat acara ini berlangsung adalah Masjid Laksamana Cheng Ho di Surabaya, Vihara Dhammadipa Arama, Forum Arimatea (Advokasi, rehabilitasi, Imunisasi Aqidah yang Terpadu, Efektif dan Aktual), dan Forum Indonesia Tanpa JIL Chapter di Malang. ikami86

Menjelang GO, Gontor Gelar Pelatihan Wasit

$
0
0
Menjelang GO, Gontor Gelar Pelatihan Wasit

Suasana pelatihan wasit cabang sepak bola

Darussalam – Jelang acara Gontor Olympiad, Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) di bawah pengawasan Pengasuhan Santri menggelar Pelatihan Wasit. Berlangsung sekitar 3 hari, dimulai pada Jum’at–Ahad (23-25/1). Tujuannya agar para para santri tidak bermain buta, atau hanya bermain tanpa tahu aturan yang semestinya. Dengan pelatihan ini para santri diharapkan memahami seluk beluk olahraga yang digelutinya, bahkan bisa menjadi wasit, agar lebih sportif dan memahami aturan main lebih matang.

Bermain sportif dan bermain sesuai aturan adalah hal mutlak yang harus ada pada diri seorang atlet. selain untuk kesehatan, olahraga juga harus didasari pemahaman itu, agar tidak terjadi pertikaian atau melenceng dari tujuan yang diharapkan. Seperti motto yang dianut oleh PMDG “mens sana in corpore sano” (jiwa yang sehat berada pada badan yang sehat). Dari sana para santri terdidik oleh olahraga.

Gontor Olympiad membutuhkan banyak persiapan, karena melibatkan semua cabang olahraga. Walaupun ada beberapa cabang olahraga yang hanya memiliki satu klub, tetap berpartisipasi, dengan cara mereka membagi anggotanya menjadi beberapa kelompok untuk dikompetisikan. Setiap cabang olahraga mengadakan kompetisi-kompetisi sendiri. Mereka akan berlomba-lomba untuk menjadi juara di bidangnya. Dengan jumlah pengikut yang begitu banyaknya maka dibutuhkan wasit yang banyak pula. AbaRum


Kiai Hasan Hadiri Sidang Dewan Nazir PP. Darunnajah

$
0
0
Kyai Hasan Hadiri Sidang Dewan Nazir

K.H. Hasan Abdullah Sahal berfoto bersama Anggota Dewan Nazir PP. Darunnajah Jakarta

JAKARTA– Ahad, (18/1) K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) hadiri sidang tertinggi pembina di Yayasan PP. Darunnajah, Sidang Dewan Nadzir yang bertempat di Baitul Wakif. Sejak dibentuknya badan ini 7 Oktober 1994, badan ini telah mengadakan rapat sebanyak 40 kali setiap 6 bulan sekali. Pada Sabtunya, (17/1), beliau memberikan orasi ilmiah di hadapan 1850 orang wisudawan/i Universitas Indraprasta (UNINDRA).

Selain beliau, Rapat ini dihadiri oleh anggota lainnya, K.H. Jamhari Abdul Jalal Lc., Drs. K.H. Mahrus Amin., H. Saifuddin Arief, S.H., M.H., Drs. H. Mahfudz Makmun yang bertugas sebagai ketua Yayasan Al-Azhar Jakarta. Dr. Muhammad Habib Chirzin, President of the Islamic Forum for Peace and Development. Selain itu hadir pula Drs. K.H. Mad Rodja Sukarta, Dr. H. Sofwan Manaf MSi., dan Drs. H. Ahmad Sholeh, guru senior PP. Darunnajah.

Dalam rapat dibahas laporan Ketua Umum yayasan Darunnajah yang melaporkan kegiatan selama enam bulan, dan program-program yang akan dilaksanakan. Dalam sidang, K.H. Hasan Abdullah Sahal, sedikit banyak menerangkan tentang pelaksanaan pendidikan, pengasuhan, penerapan jangka panjang di lingkungan pesantren meliputi Peningkatan mutu pendidikan, kaderisasi, khizanatullah/pengembangan dana dan hubungan kemasyaraktan. Serta penanaman nilai-nilai kepondokmodernan dan sakralisasi dunia pesantren. elfah

Latih Mental Santriwati, Gontor Putri 3 Gelar Perkajum

$
0
0

KARANGBANYU – Guna menambah kesemangatan dalam kegiatan pramuka serta melatih mental santriwati, Gontor Putri 3 mengadakan kegiatan Perkemahan Kamis-Jum’at tiap tahunnya.
Tahun ini, Perkajum diadakan hari Kamis-Jum’at, 22-23 Januari 2015 untuk gelombang pertama dan 29-30 Januari 2015 untuk gelombang kedua. Kegiatan ini diadakan tepat di belakang Auditorium Gontor Putri 3. Untuk gelombang pertama diikuti oleh peserta dari gudep 17-90, 17-98, dan dibuka langsung oleh Ustadz Jarman Ar-Roisi, M.A.sekpenggp3

‘Miss Language’, Ajang Peningkatan Bahasa Santriwati Gontor Putri 3

$
0
0

KARANGBANYU – Jum’at, 23 Januari 2015 Gontor Putri 3 mengadakan kegiatan Miss Language yang bertempat di Auditorium Gontor Putri 3 dan dibuka langsung oleh Wakil Direktur KMI Gontor Putri 3, Ustadz Muhammad Abdullah Bajuri, Lc. secara simbolis dengan memukul bedug.

Acara ini diadakan guna meningkatkan kegiatan non akademis santriwati khususnya dalam bidang bahasa. Selain itu, melatih santriwati untuk berbicara dalam 2 bahasa, yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Kegiatan ini dimulai dengan babak penyelisihan yang diikuti oleh seluruh tiap angkatan kelas 1int, 2, 3, 3 int dan kelas 4, yang selanjutnya dipilih satu orang mewakili tiap angkatan. Keluar sebagai Miss Language 2015 tahun ini adalah Nur Malikha Ulfa kelas 4 dan Juara Favorit tahun ini diraih oleh Fathimah Djasmine Kinanti kelas 3 yang juga meraih sebagai juara runner up tahun ini.sekpenggp3

 

Ustadz Suharto: Bahasa Arab dan Inggris adalah Mahkota Kita

$
0
0

MANTINGAN – “Bahasa Arab dan bahasa Inggris merupakan mahkota kita. Maka kita harus menjaga mahkota kita ini. Bagaimana caranya menjaga mahkota kita? Yaitu dengan cara menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam percakapan kita sehari-hari.” Demikian penuturan Wakil Pengasuh Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1, Ustadz H. Ahmad Suharto, M.Pd. pada acara pembukaan Final Queen and Princess of Language yang diadakan di Auditorium pada hari Jum’at tanggal 23 Januari 2015.

Acara ini merupakan fasilitas dan pengantar yang dijadikan ajang pendidikan dalam hal pengembangan jiwa saing, bakat yang terkhususkan dalam hal keterampilan berbahasa.

Peserta lomba dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Princess of Language yang termasuk di dalamnya santriwati dari kelas 1, 2 dan 1 intensif. Sedangkan golongan lainnya dengan sebutan Queen of Language meliputi santriwati kelas 3, 4 dan 3 intensif. Untuk menuju babak final, peserta harus melewati penyeleksian 5 putaran, yang akhirnya akan lolos dalam babak penyisihan dan  maju ke babak final 10 orang terpilih untuk tiap golongan.

Dengan judul acara Queen and princess of language, maka di penghujung acara, tibalah penentuan sang putri dan ratu bahasa, yaitu dengan peserta yang mendapatkan nilai tertinggi dan mempunyai keterampilan berbahasa yang baik. Yaitu Fatira Al Affaf, kelas 1 Int B sebagai Princess of Language dan Ihda Riezma, kelas 4B sebagai Queen of Language.datagp1

 

Berlatih Sportif di Gontor Cup 2015

$
0
0

MANTINGAN – Jum’at (16/1/2015) pembukaan Gontor Cup yang diselenggarakan di lapangan Auditorium Gontor Putri 1, secara resmi dibuka oleh wakil pengasuh, Ustadz H. Ahmad Suharto, M.Pd.I. Acara ini diikuti oleh seluruh santriwati dan para guru di Gontor Putri 1.

Penyerahan hadiah pada ajang Gontor Cup 2015.

Penyerahan hadiah pada ajang Gontor Cup 2015.

Gontor Cup berlangsung setiap sore hari selama satu minggu. Dalam Gontor Cup, banyak perlombaan yang diadakan (khususnya dalam bidang olahraga) untuk para santriwati, dan klub olahraga. Kategori perlombaan beragam, mulai dari individu, kelompok, rayon, hingga antarangkatan. Diantara ragam perlombaan mulai dari basket, voli, bela diri, tenis meja, kasti, bulu tangkis, aerobic dan lain sebagainya.

Sebagai acara rutin tahunan, Gontor Cup merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pembentukan karakter santriwati. Selain menyehatkan fisik, juga sebagai pembentuk mental sportifitas dan menumbuhkan ruuhu-t-tasabbuq (jiwa bersaing) yang positif.

Penutupan acara ini berlangsung hari Jum’at (23/1/2015) di pelataran Masjid Jami’ Gontor Putri 1, dengan pembagian hadiah kepada para peserta yang berhasil menjuarai setiap perlombaan tersebut.noorkholifah

 

Viewing all 1462 articles
Browse latest View live